BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyu merupakan reptil yang
hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan
Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara. Keberadaannya telah lama
terancam, baik dari alam maupun kegiatan manusia yang membahayakan populasinya
secara langsung maupun tidak langsung. Dari tujuh jenis penyu di dunia,
tercatat enam jenis penyu yang hidup di perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia
mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), penyu
pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea),
serta penyu tempayan (Caretta caretta).
Pergeseran fungsi lahan yang
menyebabkan kerusakan habitat pantai dan ruaya pakan,kematian penyu akibat kegiatan perikanan, pengelolaan
teknik-teknik konservasi yang tidak memadai, perubahan iklim, penyakit, pengambilan penyu dan telurnya
serta ancaman predator merupakan faktor-faktor penyebab penurunan populasi
penyu. Selain itu, karakteristik siklus hidup penyu sangat panjang (terutama
penyu hijau, penyu sisik dan penyu tempayan) dan untuk mencapai kondisi
“stabil” (kelimpahan populasi konstan selama 5 tahun terakhir) dapat memakan
waktu cukup lama sekitar 30–40 tahun, maka sudah seharusnya pelestarian terhadap
satwa langka ini menjadi hal yang mendesak.
Kondisi inilah yang
menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh
Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.Secara internasional, penyu masuk ke dalam daftar merah (red
list) di IUCN dan Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam
telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus
mendapat perhatian secara serius.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Perilaku Pada Penyu ?
b. Bagaimana Perilaku Perkawinan dan Peneluran para Penyu ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Perilaku pada Penyu
b. Untuk Menjelaskan Perilaku Perkawinan dan Peneluran pada Penyu
1.4 Manfaat
a.Kita dapat mengetahui Perilaku pada Penyu
b.Kita dapat menjelaskan perilaku perkawinan dan peneluran pada
Penyu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyu
merupakan salah satu jenis binatang dari golongan Reptilia yang banyak
hidup di perairan laut indonesia. Jenis binatang ini sangat senang mengembara
dari satu tempat ke tempat yang lainnya di dalam laut untuk mendapatkan makanan
guna hidup, tumbuh dan melanjutkan keturunannya. Dengan demikian pengembaraan
ini terkadang di lakukannya sampai jauh dari tempat yang semula mereka diami.
Guna kelangsungan hidupnya, penyu memerlukan dua lingkungan yang berbeda yang
masing-masing perairan laut dan daratan yang dalam hal ini pantai-pantai tepat
peneluran.
2.1 Jenis Penyu yang Ada di Indonesia
Terdapat enam jenis penyu yang hidup
di perairan Indonesia, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata), Penyu Lekang (Abu-abu) (Lepidochelys olivacea), Penyu
Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Tempayan (Caretta caretta),
dan Penyu Pipih (Natator depressus).
Kerajaan:
|
|
Filum:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Upaordo:
|
|
Superfamili:
|
Chelonioidea
|
- Familia Dermochelyidae
- Familia Protostegidae (hanya fosil)
- Familia Toxochelyidae (hanya fosil)
- Familia Thalassemyidae (hanya fosil)
2.3 Morfologi
Penyu
Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. Tempurung tersebut mempunyai fungsi yang sebagai pelindung alami dari predator. Sedangkan penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan plastron. Terdapat sisik infra marginal, yakni sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat gerak berupa flipper. Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang befungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. Tempurung tersebut mempunyai fungsi yang sebagai pelindung alami dari predator. Sedangkan penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan plastron. Terdapat sisik infra marginal, yakni sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat gerak berupa flipper. Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang befungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
2.4 Daur Hidup Penyu
Penyu merupakan jenis satwa yang
memiliki daur hidup yang panjang. Setiap tahap kehidupan, penyu memiliki
karakteristik perilaku habitat dan tingkat ancaman yang berbeda. Penyu
diketahui hidup di laut baik di perairan dalam maupun dangkal. Penyu sering
dijumpai di perairan yang memiliki terumbu karang. Selain itu penyu juga
terkenal sebagai satwa yang melakukan migrasi.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Kajian Pustaka
Dalam
pembuatan Karya Ilmiah ini Penulis menggunakan Metode Kajian Pustaka yang mana Penulis
mencoba mengumpulkan data dan informasi sebagai acuan dasar pokok permasalahan dari berbagai sumber buku
(Literatur) dan media elektronik (internet).
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Pantai
Selatan Tasikmalaya merupakan pantai yang masih digunakan penyu untu bertelur.
Dari enam jenis penyu yang ada di indonesia, empat diantaranya mendarat di
pantai ini. 4 jenis penyu tersebut adalah: Penyu Hijau (Chelonia mydas),
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea). Diantara
keempat penyu tersebut, umumnya kini hanya Penyu Hijau yang sering mendarat
untuk bertelur di pantai ini. Disini kenapa harus Pantai Selatan Tasikmalaya
yang dijadikan penyu-penyu tersebut untuk bertelur? Hal itu disebabkan karena
Pantai Selatan Tasikmalaya memiliki kriteria yang cocok bagi sang penyu untuk
mendarat dan bertelur baik dari segi kondisi pantai, tekstur pasir, ketinggian
dan jarak tempat peneluran yang tidak mudah diterjang ombak. Oleh karena itu
sangat disayangkan apabila kawasan ini menjadi rusak dan terganggu.
Upaya
pelestarian Penyu sendiri sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah, seiring dengan
dikeluarkannya Perda Daerah yang mengambil alih pengelolaan telur penyu dan
memberlakukan sistem penangkaran. Diantaranya terdapat Penangkaran Penyu yang
dinaungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat II.
Berdasarkan data yang diperoleh , ternyata
populasi Penyu di Pantai Selatan Tasikmalaya mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Dan diperkirakan pada akhir tahun 2006
populasi Penyu akan mengalami penurunan lagi, hal ini berdasarkan data
bahwa dari tahun ke tahun induk Penyu yang mendarat untuk bertelur semakin
berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel Jumlah Penyu Naik di bawah ini.
Berdasarkan
temuan di lapangan, faktor utama yang menyebabkan populasi Penyu menurun salah
satunya yangt paling berpengaruh adalah adanya kegiatan manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebelum PEMDA memberlakukan sistem penangkaran
dan pelestarian penyu, masyarakat memburu penyu secara besar-besaran dengan
mengambil penyu dan telurnya untuk di konsumsi dan dijual ketika sang penyu
mendarat untuk bertelur. Kegiatan masyarakat tersebut menimbtulkan efek negatif
bagi kelestarian penyu, sehingga berimbas dengan menurunnya populasi penyu pada
saat ini. Masyarakat masih terlalu awam dan minim informasi tentang kesadaran
akan kelestarian penyu. Namun sekarang perburuan tersebut berangsur lenyap dari
kegiatan masyarakat setelah adanya pengambilalihan pengelolaan telur dan
mengadakan sistem penangkaran penyu.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Tingkah Laku Penyu
Dalam perkembangbiakannya termasuk binatang ovipar, pembuahan telur berlangsung dalam tubuh induk. Janin yang terkandung di dalam telur yang dikeluarkan induk penyu sepenuhnya berkembang di luar tubuh. Habitat penyu di dasar laut sesuai dengan kemampuannya berjalan jauh. Umumnya penyu mencari makan di daerah dingin dan bertelur di daerah hangat (Nuitja, 1992). Pada saat kawin penyu jantan berada di atas penyu betina dengan cara mencengkeram bahu penyu betina dan dibantu oleh kuku kepas depan. Penyu yang mempunyai bekas cengkeraman di bahunya dipastikan mempunyai telur
Dalam perkembangbiakannya termasuk binatang ovipar, pembuahan telur berlangsung dalam tubuh induk. Janin yang terkandung di dalam telur yang dikeluarkan induk penyu sepenuhnya berkembang di luar tubuh. Habitat penyu di dasar laut sesuai dengan kemampuannya berjalan jauh. Umumnya penyu mencari makan di daerah dingin dan bertelur di daerah hangat (Nuitja, 1992). Pada saat kawin penyu jantan berada di atas penyu betina dengan cara mencengkeram bahu penyu betina dan dibantu oleh kuku kepas depan. Penyu yang mempunyai bekas cengkeraman di bahunya dipastikan mempunyai telur
Setelah masa perkawinan penyu jantan kembali di laut sedang
penyu betina menuju pantai untuk bertelur. Penyu betina menggali pasir di
pantai dengan sepasang tungkai belakangnya untuk membuat lubang sarang telur.
Telur disimpan dalam lubang dan ditutup dengan rapi hingga menetas dengan
sendirinya. Setelah menyimpan telurnya, penyu betina kembali ke laut. Kurang
lebih 7 minggu masa inkubasi telur kemudian menetas dan menjadi tukik (anak
penyu). Tukik-tukik ini menuju habitatnya di laut mengikuti alunan ombak
hingga menjadi penyu dewasa. Penyu dewasa ini (penyu betina) akan menuju pantai
lagi setelah berpijah dengan penyu jantan, begitu seterusnya. Dari ratusan
butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya
belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh
dewasa. Itu pun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam.
Tukik mempunyai kemampuan terhadap sinar dan reaksi Bumi
untuk keluar. Sebelum keluar, tukik berada 3-7 hari di dalam sarang dgn
mengkonsumsi kuning telur yg tersisa. Tukik keluar dengan menggaruk-garuk
langit-langit sarang hingga ambles dan keluar dgn saling menindih. Setelah di
pantai, tukik menuju laut dengan bantuan hempasan gelombang. Selanjutnya tukik
berkembang jadi penyu muda hingga penyu dewasa.
4.2.2 Bio-Ekologi Penyu
a.
Perilaku Perkawinan
Reproduksi penyu
adalah proses regenerasi
yang dilakukan penyu
dewasa jantan dan
betina melalui tahapan
perkawinan, peneluran sampai
menghasilkan generasi baru
(tukik). Tahapan reproduksi penyu dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Penyu
melakukan perkawinan dengan cara penyu
jantan bertengger di atas punggung penyu betina .Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu,
dari ratusan butir telur yang
dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak 1–3% yang berhasil mencapai
dewasa. Penyu melakukan perkawinan di dalam air laut, terkecuali pada kasus
penyu tempayan yang akan melakukan
perkawinan meski dalam penangkaran apabila
telah tiba masa kawin. Pada waktu
akan kawin, alat kelamin penyu jantan
yang berbentuk ekor akan memanjang ke belakang sambil berenang mengikuti kemana penyu betina berenang. Penyu jantan kemudian naik ke punggung betina
untuk melakukan perkawinan.
Selama perkawinan berlangsung,
penyu jantan menggunakan kuku
kaki depan untuk menjepit tubuh penyu betina agar tidak mudah lepas.
Kedua penyu yang sedang kawin tersebut timbul tenggelam di permukaan air dalam
waktu cukup lama, bisa mencapai 6 jam lebih.
Untuk
membedakan kelamin penyu dapat dilakukan
dengan cara ”sexual dimorphism”, yaitu membedakan ukuran ekor dan kepala
penyu.Setiap jenis penyu melakukan kopulasi di daerah sub-tidal pada saat menjelang sore hari
atau pada matahari baru terbit. Setelah 2-3 kali melakukan kopulasi,
beberapa minggu kemudian penyu betina akan mencari daerah peneluran yang cocok
sepanjang pantai yang diinginkan.
b.
Perilaku Peneluran
Ketika akan
bertelur penyu akan
naik ke pantai.
Hanya penyu betina
yang datang ke
daerah peneluran, sedangkan penyu jantan berada di daerah sub-tidal.
Penyu bertelur dengan tingkah laku yang berbeda sesuai dengan spesies
masing-masing. Setiap spesies penyu memiliki waktu (timing) peneluran yang berbeda satu sama lain.Lama antara peneluran
yang satu dengan peneluran berikutnya (interval peneluran) dipengaruhi oleh
suhu air laut. Semakin tinggi suhu
air laut, maka interval peneluran cenderung makin pendek.
Sebaliknya semakin rendah suhu air laut, maka interval peneluran cenderung
makin panjang.Tahapan bertelur pada berbagai
jenis penyu umumnya berpola sama.
Tahapan yang dilakukan
dalam
proses betelur adalah sebagai berikut :
- Penyu menuju pantai, muncul dari hempasan ombak
- Naik ke pantai, diam sebentar dan melihat sekelilingnya, bergerak melacak pasir yang cocok untuk membuat sarang. Jika tidak cocok, penyu akan mencari tempat lain.
- Menggali kubangan untuk tumpuan tubuhnya (body pit), dilanjutkan menggali sarang telur di dalam body pit.
- Penyu mengeluarkan telurnya satu per satu, kadangkala serentak dua sampai tiga telur. Ekor penyu melengkung ketika bertelur.
- Umumnya penyu membutuhkan waktu masing-masing 45 menit untuk menggali sarang dan 10 – 20 menit untuk meletakkan telur.
- Sarang telur ditimbun dengan pasir menggunakan sirip belakang, lalu menimbun kubangan (body pit) dengan ke empat kakinya.
- Membuat penyamaran jejak untuk menghilangkan lokasi bertelur.
- Kembali ke laut, menuju deburan ombak dan menghilang diantara gelombang. Pergerakan penyu ketika kembali ke laut ada yang bergerak lurus atau melalui jalan berkelok-kelok.
- Penyu betina akan kembali ke ruaya pakannya setelah musim peneluran berakhir, dan tidak akan bertelur lagi untuk 2 – 8 tahun mendatang
4.2.3 Perilaku Hidup Penyu
Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama. Penyu mempunyai pertumbuhan yang sangat
lambat dan memerlukan berpuluh-puluh tahun untuk mencapai usia reproduksi.
Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu tempat sebelum bermigrasi untuk kawin
dengan menempuh jarak yang jauh (hingga 3000 km) dari ruaya pakan ke pantai
peneluran. Pada umur yang belum terlalu
diketahui (sekitar 20-50 tahun)
penyu jantan dan
betina bermigrasi ke
daerah peneluran di
sekitar daerah kelahirannya.
Perkawinan
penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran
pertama di musim tersebut. Baik
penyu jantan maupun betina memiliki
beberapa pasangan kawin. Penyu betina
menyimpan sperma penyu jantan di dalam tubuhnya untuk membuahi tiga hingga
tujuh kumpulan telur (nantinya menjadi 3-7 sarang) yang akan ditelurkan pada
musim tersebut.
Penyu
jantan biasanya kembali ke ruaya pakannya sesudah penyu betina menyelesaikan
kegiatan bertelur dua mingguan di pantai. Penyu betina akan keluar dari laut
jika telah siap untuk bertelur, dengan menggunakan
sirip depannya menyeret
tubuhnya ke pantai
peneluran.Membuat kubangan atau lubang badan (body pit) dengan sirip
depannya lalu menggali lubang untuk sarang sedalam 30-60 cm dengan sirip belakang. jika pasirnya
terlalu kering dan tidak cocok
untuk bertelur, si penyu akan berpindah ke lokasi lain.
Penyu
mempunyai sifat kembali
ke rumah (”Strong homing instinct”)
yang kuat yaitu migrasi
antara lokasi mencari makan (Feeding
grounds) dengan lokasi bertelur (breeding ground). Migrasi ini dapat berubah akibat berbagai
alasan, misalnya perubahan iklim, kelangkaan pakan di alam, banyaknya predator
termasuk gangguan manusia, dan terjadi
bencana alam yang hebat di daerah peneluran, misalnya tsunami.
Siklus hidup penyu secara umum dapat dilihat
pada skema.Upaya konservasi penyu tak akan pernah cukup jika hanya dilakukan di
lokasi peneluran saja, karena penyu adalah
satwa bermigrasi. Penyu yang
telah mencapai usia dewasa di
suatu ruaya peneluran (foraging
ground) akan bermigrasi ke lokasi
perkawinan dan pantai peneluran
(breeding and nesting migration).
Setelah
mengeluarkan semua telurnya, penyu betina akan kembali
bermigrasi ke ruaya pakannya
masing-masing (post-nesting migration).
Demikian pula halnya dengan penyu jantan, yang akan bermigrasi
kembali ke ruaya
pakannya setelah selesai melakukan perkawinan.
Pengetahuan tentang jalur migrasi
penyu diperoleh dengan penerapan teknik penelusuran menggunakan satelit
telemetri.
4.2.4
Gangguan atau ancaman alami yang dapat mengganggu kehidupan penyu
a. Pemangsaan
(predation) tukik, baik
terhadap tukik yang
baru keluar dari
sarang (diantaranya oleh babi
hutan, anjing-anjing liar,
biawak dan burung
elang) maupun terhadap tukik
di laut (diantaranya oleh ikan
cucut).
b. Penyakit, yang disebabkan oleh bakteri,
virus, atau karena pencemaran lingkungan perairan.
c. Perubahan
iklim yang menyebabkan permukaan
air laut naik
dan banyak terjadi
erosi pantai peneluran sehingga
hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya daya tetas dan keseimbangan rasio
kelamin tukik.
Sedangkan gangguan
atau ancaman karena
perbuatan manusia yang
setiap saat dapat
mengganggu
kehidupan penyu antara lain:
a. Tertangkapnya penyu karena aktivitas
perikanan, baik disengaja maupun tidak disengaja dengan berbagai alat tangkap,
seperti tombak , jaring insang (gill net), rawai panjang (longline) dan pukat
(trawl).
b. Penangkapan penyu dewasa untuk dimanfaatkan
daging, cangkang dan tulangnya.
c. Pengambilan telur-telur penyu yang
dimanfaatkan sebagai sumber protein.
d. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang
dapat merusak habitat penyu untuk bertelur seperti penambangan pasir,
pembangunan pelabuhan dan
bandara, pembangunan sarana-prasarana wisata pantai dan pembangunan
dinding atau tanggul pantai.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
5.1 SIMPULAN
Penyu
merupakan salah satu jenis binatang dari golongan Reptilia yang banyak
hidup di perairan laut indonesia. Dalam perkembangbiakannya termasuk binatang ovipar,
pembuahan telur berlangsung dalam tubuh induk. Janin yang terkandung di dalam
telur yang dikeluarkan induk penyu sepenuhnya berkembang di luar tubuh. Habitat
penyu di dasar laut sesuai dengan kemampuannya berjalan jauh. Umumnya penyu
mencari makan di daerah dingin dan bertelur di daerah hangat.
Penyu melakukan perkawinan dengan
cara penyu jantan bertengger di
atas punggung penyu betina .Tidak
banyak regenerasi yang dihasilkan seekor
penyu, dari ratusan butir telur
yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak 1–3% yang
berhasil mencapai dewasa.
Setiap
spesies penyu memiliki waktu (timing)
peneluran yang berbeda satu sama
lain.Lama antara peneluran yang satu dengan peneluran berikutnya (interval
peneluran) dipengaruhi oleh suhu air
laut. Semakin tinggi suhu air
laut, maka interval peneluran
cenderung makin pendek. Sebaliknya semakin rendah suhu air laut, maka interval
peneluran cenderung makin panjang.Tahapan bertelur pada berbagai jenis penyu umumnya berpola sama.
5.2 SARAN
Penulis
berharap Pelestarian Penyu menjadi bahan pemikiran dan kaijan sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Berdasarkan hal diatas,
melalui Karya Tulis Ilmiah ini ada beberapa hal yang ingin disampaikan berupa
saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk
Masyarakat
Agar peduli
terhadap mahluk hidup di sekitar kita yang patut dilestarikan. Janganlah
memburu atau bahkan membunuh mahluk hidup yang menjadi ciri khas lingkungan kita
khususnya penyu.
2. Untuk
Pemerintah
Berusahalah
untuk menjaga, mendirikan dan meningkatkan mutu pelestarian penyu demi
kelangsungan kelestarian satwa langka ini dan keanekaragaman hayati indonesia.
3. Untuk
Generasi Muda
Pedulilah
terhadap penyu yang ada di sekitar-mu karena itu merupakan aset penting.
Kenali-lah mereka dan berusahalah untuk ikut serta dalam melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1994. Bioekologi
Penyu Laut. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor
Anonim, 2003. Pedoman Pengelolaan
Konservasi Penyu dan Habitatnya. Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Mirino, Manuel, 1996. Pengaruh
Kedalaman Sarang dan Susunan Telur Terhadap Persentase Tetas Telur Penyu Belimbing
di Kawasan Suaka Margasatwa Pantai Jamursba Medi Sorong. UNCEN, Manokwari
Nuitja, I Nyoman, 1992. Biologi dan
Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press, Bogor
www.duniapenyu.com/ spesies penyu/ dikunjungi pada
tanggal 25 Januari 2010
Emperor Casino: Review & Bonus Codes for New Slots
BalasHapusThe งานออนไลน์ Emperor Casino is one 바카라 of the most trusted online casinos in the world. In fact, it's been a success over the last 제왕 카지노 couple of years. This website is